WASHINGTON - Badai hujan dan hujan salju kini semakin kuat. Dua penelitian terbaru menunjukkan kalau fenomena cuaca ekstrim tersebut berhubungan dengan pemanasan global.


Dua penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature menuliskan bahwa berkembangnya hujan ekstrim berhubungan dengan efek rumah kaca, lebih banyak dari sebelumnya. Demikian seperti yang dikutip dari Straits Times, Kamis (17/2/2011).

Satu kelompok dari para peneliti tersebut melihat pada hujan dan salju terlebat setiap tahun, mulai tahun 1951 sampai 1999 di Hemisphere Utara, menemukan bahwa hujan akhir-akhir ini lebih basah 7 persen.

"Angka ini mungkin tidak terlihat banyak tapi itu memiliki peran dalam perkembangan curah hujan dan salju akhir-akhir ini," ujar sebuah laporan tim peneliti dari Kanada dan Skotlandia.

Studi tersebut tidak menunjuk ke badai tertentu, namun meneliti kejadian terparah di Hemisphere Utara. Ketika penelitian tersebut berhenti pada tahun 1999, waktu di mana para ilmuwan mengatakan kalau perubahan iklim sedang masa puncaknya. Kejadian cuaca ekstrim waktu tersebut sama dengan kejadian yang baru-baru ini terjadi, banjir di Pakistan, AS, dan lain-lain.

"Perubahan di beberapa wilayah nampak nyata di Amerika Utara tapi mungkin karena di sana adalah adalah tempat tolak ukur hujan," ujar para ilmuwan.

"Hasil dari kedua studi ini akan melemahkan argumen bahwa perubahan iklim adalah sebuah 'kejahatan tanpa korban," kata Myles Allen dari University of Oxford.

Myles Allen menulis di studi kedua, yang menghubungkan banjir dengan perubahan iklim di Inggris. Tidak semua hujan ekstrim dan salju yang diteliti oleh ilmuwan bisa menyebabkan banjir.

Tapi sejak tahun 1950 sampai sekarang, banjir telah membunuh 2,3 juta orang, menurut database WHO.

sumber : okezone