Suatu ketika, Bunda Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah ada saat bagi engkau yang kau rasakan lebih berat dari perang Uhud?"
"Rasulullah SAW menjawab, "Ada, yaitu permusuhan kaummu (Quraisy) di Aqobah. Ketika kutawarkan Islam melalui diriku kepada Ibnu Abdi Jalail bun Abdi Kilal, Ia tidak menerima diriku. Kemudian, aku pergi dalam keadaan sedih, kemudian aku melihat di atas awan, Jibril berseru memanggilku, "Sesungguhnya Allah mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu dan apa yang telah mereka lakukan terhadapmu. Aku diutus kepadamu untuk memerintah Malaikat Penjaga Gunung agar patuh kepada perintahmu"
Kemudian, Malaikat penjaga Gunung itu mengucapkan salam kepadaku dan berkata, "Wahai Muhammad, Allah telah mendengar apa yang dikatakan oleh kaummu kepadamu. Aku ditugaskan oleh Allah untuk memenuhi perintahmu. Kalau engkau suka, dua gunung ini akan kubalikkan dan kukubur mereka"
Aku menjawab "Jangan, aku hanya berharap semoga di antara anak cucu mereka ada yang mau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya."
Begiu sabar dan sayangnya Rasulullah SAW kepada sesama sehingga beliau tidak pernah ingin membalas perlakuan jahat orang lain kepada dirinya. Ibnu Mas'ud, seorang sahabat dekat Rasulullah SAW berkata, "Aku melihat Rasulullah SAW seakan-akan seperti seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya sampai berdarah, kemudian membersihkan darah dari wajahnya sambil berkata, "Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka tidak tahu"
Kesabaran, ketabahan, dan ketekunan Rasulullah SAW dalam berjuang tidak akan pernah tertandingi oleh siapa pun di bumi ini. Ejekan, cacian, hujatan, fitnahan, bahkan usaha pembunuhan sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Namun ahlak beliau yang begitu mulia tidak memberi tempat sedikitpun bagi tumbuhnya dendam di hati beliau.
Padahal, merurut suatu riwayat, Utbah bin Abu Mu'ith bahkan pernah menaruh kotoran dari dalam perut seekor bangkai ke punggung beliau ketika sujud. Utbah ini juga pernah menginjak bahu Rasulullah SAW saat beliau sujud dengan begitu keras sampai mata beliau melotot.
Maka, wajarlah kalau Ibnu Sa'id meriwayatkan dari Ismail bin 'Iyasy yang berkata bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling sabar dalam menghadapi kejahatan manusia.
‪#‎DUA‬ MACAM SABAR
Sabar itu bukan berarti menyerah pada kezhaliman yang menimpa kita dan membuat kita tidak mau melakukan tindakan pembelaan. Sabar seperti ini disebut Zhalim li Nafsih (menganiaya diri sendiri). Rasulullah SAW bersabar dalam berjuang, bukan dalam berdiam diri. Sabar itu terbagi dua ; SABAR KECIL adalah sabar terhadap sesuatu yang tidak disukai, sementara SABAR BESAR adalah sabar terhadap sesuatu yang dicintai.
‪#‎Muhammad‬ Teladanku Jilid 13
sumber :
1.  https://www.facebook.com/sudakwah?fref=nf
2.  https://lifeschool.files.wordpress.com/2013/12/pemimpin-teladan.jpg