Kita hidup di dunia kapitalis, semua hal harus bernilai uang. Ketika kita mengeluarkan uang, kita pun berharap mendapatkan ganti produk terbaik, pelayanan terbaik, hasil terbaik... Jika enggak dapat yang terbaik, maka kita dengan mudahnya kita komplain, mencaci maki penjual, mencela pelayanan, kalo perlu bikin heboh di media sosial..
Kalo kita beli produk di Supermarket besar, maka kita dengan mudahnya setuju dengan harga yang ditawarkan. Gak perlu lah nawar, bikin malu.. Emang kita orang susah!
Pokoknya beli produk ini itu.. Bayarrr!! Gak punya duit cash? Kartu kredit dimainkan! Urusan nyicil belakangan.. Urusan dosa riba au ah gelap gak urusan!
Semua diskonan kita kejar, semua tawaran cicilan kita iyakan, merasa punya uang padahal kartu utangan..
Kita terjerembab dalam jebakan kapitalis, setiap ribuan uang yang dikeluarkan adalah poin-poin yang dikumpulkan yang besok akan kita tuker dengan panci dan termos bonus pembelian..
Kita adalah raja komplain! Sekali kembalian kurang di minimarket 5 ribu saja kita akan langsung memfoto struknya, lalu upload di semua sosial media, tambahi dengan caci maki agar heboh disana-sini, sukur-sukuuur besok dapat kompensasi..
Semua harus kembali dalam hitungan uang.. Sistem Kapitalis yang melenakan dan gak sadar menyempitkan hati kita ketika memandang nilai dan harga..
Cobalah sekarang, lupakan semua transaksi kapitalis yang memuakkan! Transaksi yang harus menguntungkan, mulailah menegakkan kepala, menengok ke kiri dan kanan, melepaskan sejauh mata memandang...
Lihatlah itu,
Mbah Atmo Slamet, usianya sudah 90 tahun masih mengayuh becak tua dengan dagangan sapu ijuk, sapu lidi dan arang. Kulitnya kotor menghitam, bajunya lusuh penuh lipatan.
Tebak berapa harga satu buah sapunya?
15 ribu!!
Salaaah...
20 ribu!!
Salaah...
25 ribu!!
Salaaaaah... aah!
Hei kawan, satu buah sapunya dijual 6.000 saja, dijajakan dengan becak dari wilayah Dlingo yang berjarak 28 kilometer dari pusat kota Jogja. Lihat foto itu, jika semua sapu itu laku, dia akan mendapatkan uang 90.000, dan itu baru harga jual belum dikurang modal. Jika satu sapu dia mendapat untung 1000, maka dia mendapatkan 15.000 sehari, itupun dengan catatan semua sapunya laku hari itu..
Lihatlah sekelilingmu, ada buanyaaaak sekali mbah Atmo Slamet yang menjelma dengan banyak rupa..
Datangi mereka wahai kawanku, tundukkan badanmu, rendahkan hatimu..
Bertransaksilah dengan mereka langsung disaksikan langit..
Lupakan kualitas produk..
Lupakan soal cicilan dan harga promosi..
Lupakan soal layanan purna jual..
Bayarlah cash! Langsung dari dompetmu..
Ambilah satu-dua dagangannya, bayarlah 10-20-30 kali lipat dari harganya..
Rasakan dahsyatnya ketika wajah tua itu memandangmu dengan mulut gemetar, bulir air mata yang tiba-tiba mengembang, lalu doa-doa yang terucap ditumpahkan untuk dirimu..
Jangan salahkan aku, ketika moment itu membuat air matamu ikut mengembang, hatimu tergetar oleh rasa bahagia yang aneh dan belum pernah ada sebelumnya..
Lalu engkau melangkah pergi dengan hati yang puassss tak tertandingi...
Mengalahkan rasa puas usai disapa kasir cantik di supermarket yang baunya wangi..
@saptuari
Sumber : https://www.facebook.com/rochma.firdaus/posts/847082175408996