Suwaid bin Shomit adalah lelaki yang nyaris sempurna. Perawakannya kekar dan atletis, keturunannya terhormat, dan akalnya cerdas. Hanya satu saja kekurangannya, ia belum mau menerima Islam.
Padahal dengan kecerdasannya menghafal kitab-kitab yang turun sebelum Rasulullah, seharusnya ia sudah mengenal apa itu Islam dan siapa Nabi terakhir yang membawa risalah ini. Entah mengapa ia masih menuruti nafsunya untuk menolak menjadi seorang muslim.
Suatu hari saat ia sedang duduk-duduk, Rasulullah menghampiri dan kembali mengajaknya bersyahadat. Namun Suwaid berkilah, "Aku juga memiliki hafalan seperti yang engkau miliki!"
"Memangnya apa yang engkau hafal?"
"Hikmah-hikmah Lukman!"
"Coba bacakan padaku,"
Maka Suwaid menyampaikan kisah-kisah Lukman dengan lancar, karena ia memang cerdas. Setelah lelaki itu selesai menyampaikan, kini giliran Rasulullah membacakan beberapa ayat dari Al-Quran.
Untuk pertama kalinya Suwaid mendengar rangkaian kalimat yang begitu menakjubkan. Kaidah-kaidah sastra tingkat tinggi yang tiada tara. Kecerdasannya seolah terpuaskan dengan apa yang baru saja ia dengar itu.
إن هذا القول Øسن !
"Ayat-ayat ini memang benar-benar penuh pesona!" Suwaid berdegup kencang, tak bisa menyembunyikan lagi perasaannya bahwa ayat tersebut pastilah datang dari Tuhan Yang Maha Pencipta. Maka saat itu juga ia menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah. Lelaki cerdas dan rupawan tersebut telah menemukan titik balik kehidupannya.
Kisah yang mirip terjadi pula pada Tufail bin Amr, seorang kepala kabilah Daus yang pintar dan dermawan. Selama ini Tufail termakan bujuk rayu orang-orang musyrik, bahwa Rasulullah adalah seorang penyihir saja.
Hingga suatu hari ia melihat Rasulullah sedang berdiri dalam shalatnya. Ia lantas penasaran lalu mendekati Rasul, sampai perlahan-lahan terdengar ayat Al-Quran yang sedang dibaca Rasulullah dalam shalatnya. Lelaki itu tertegun karena baru pertama kali didengarnya kalimat seindah itu.
Seusai shalat, Rasulullah kembali membacakan surat Al-Ikhlas dan Al-Falaq khusus untuknya. Tak terbendung lagi rasa takjub Tufail bin Amr, hari itu ia bersyahadat di hadapan Rasulullah. Satu orang lagi telah mendapatkan titik balik hidupnya.
Duhai, alangkah cemburunya kita jika membaca kisah-kisah haru di atas. Bagaimana orang-orang yang berani membuat keputusan untuk menyerahkan diri kepada Allah. Semua ini tentang keberanian. Untuk memilih jalan yang diridhai Allah. Dan keberanian meninggalkan apa yang selama ini merugikan diri kita.
Siapakah di antara kita yang berani mengambil keputusan tersebut? Bahwa kita sudah lelah dengan hidup yang tanpa makna seperti ini, dan benar-benar ingin memutuskan sebuah titik balik, untuk kita bisa memperbaiki diri hari demi hari.
Mulailah dari Al-Quran. Lihat kembali kisah di atas, bukankah kedua Sahabat Nabi yang mulia tersebut mendapati keberaniannya setelah mendengar Al-Quran? Belum lagi kisah masuk Islamnya Sahabat Umar bin Khattab, juga Sahabat Jubair bin Mut'im, kurang apa lagi bukti bahwa Al-Quran mampu mengubah hidup kita.
Selanjutnya, iringi perbaikan diri ini dengan berkumpul pada teman-teman yang baik, ikuti hanya media sosial yang membantu kita semakin dekat dengan Allah, serta bacalah buku-buku yang selalu mengingatkan jiwa. Semoga kita semua juga semakin dekat dengan titik balik yang kita rindukan tersebut. Amiin.
Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!
Post a Comment
Post a Comment
Jangan lupa komentar