VIVAnews - Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Ipih Ruyani, memastikan wabah ulat bulu yang menggemparkan wilayah Jakarta Barat tidak akan menyebar luas ke wilayah lainnya.
Intensitas ulat bulu di wilayah tersebut termasuk rendah dan jenisnya berbeda dari ulat bulu yang merambah kawasan Purbolinggo, Jawa Timur. Menurut Ipih, kemunculan ulat bulu di Jakarta Barat disebabkan cuaca ekstrem yang mengakibatkan percepatan pertumbuhan ulat.
"Cuaca ekstrem dengan tingkat kelembaban yang fluktuatif tinggi mempercepat siklus ulat menjadi kepompong, kupu-kupu, telur, ulat, dan seterusnya yang biasanya berkembang 4-7 minggu," kata Ipih di Balaikota DKI Jakarta, Rabu 13 April 2011.
Selain itu, lanjutnya, penyebab lain dari berkembangnya ulat bulu ini adalah kurangnya pemangsa sehingga ekosistem tidak seimbang. Ipih pun menegaskan, ulat bulu di Jakarta bukanlah migrasi dari Purbolinggo.
"Ulat itu sudah diidentifikasi di laboratorium Balai Proteksi Tanaman, Jakarta Timur, diketahui Famili lymantri, berbeda dengan di Purbolinggo, dari bentuk fisik sudah beda, di Jakarta bulunya lebat, sedangkan disana kan bulunya jarang," jelasnya.
Dikatakan Ipih, masyarakat tak perlu khawatir karena wabah ulat bulu di Jakarta Barat dipastikan hanya beradius satu kilometer saja, statusnya masih ringan. "Di Jakbar itu masih 1.800 ekor, karena satu pohon ada 60 ulat. Kalau status waspada tingkat tinggi itu bisa sampai 800 ulat," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, mengingatkan warga DKI untuk menjaga kebersihan dan berpartisipasi untuk melaporkan ke Dinas yang bersangkutan agar segera ditangani.
"Untuk mencegah salah satunya, semua masyarakat yang punya pohon besar jangan sampai ada sampah lembab di bawah pohon, segera disapu dan bakar, jangan ada daun-daun kering, kalau sudah ada tanda-tanda langsung disemprot pestisida," katanya.
sumber : vivanews
Post a Comment
Post a Comment
Jangan lupa komentar