Abas
ad Dauri berkata,”telah bercerita kepada kami Ali bin Abi Fazarah,
tetangga kami. Ia berkata,”Umi saya cacat dan tak bisa jalan
sekitar 20 tahun lamanya. Suatu hari ia berucap padaku, pergilah ke
Ahmad bin Hambal, dan mintalah padanya agar dia mendoakan saya. Aku
mendatanginya, lalu kuketuk pintunya, sementara beliau sedang berada
di ruang tengah.”
“siapa
ini?” kata orang yang berada didalam. Saya menjawab,”saya, orang
yang disuruh ibunya yang cacat dan tak bisa jalan agar meminta
didoakan olehmu.” Maka kudengar ucapannya, seperti ucapan orang
yang marah. “Kami juga amat butuh engkau doakan kepada Allah”.
Lantas saya pun berpaling dan mundur untuk pulang. Tak berapa lama
keluarlah seorang wanita tua seraya berkata,”Ketika engkau pergi,
sang imam berdoa pada Allah untuk ibumu.”
Saya
pun pulang ke rumah dan kuketuk pintu. Ternyata ibuku keluar dan
berjalan dengan kedua kakinya yang normal.
Di
kalangan orang soleh, dahulu kala cerita tentang orang yang doanya
diijabah (mustajabud da`wah) sungguh tak sedikit. Suatu hal yang
kalau ditarik ke era kini mungkin nyaris menjadi cerita fantasi yang
hanya ada dalam bayangan, tapi benar-benar terjadi pada masa lalu.
Simak
cerita lain dari kehidupan Abdullah Ibnul Mubarak, tokoh saleh yang
terkenal kedermawanannya. Abu Wahab berkata,”Ibnul Mubarak
berjalan lalu bertemu dengan seorang buta.”
ia
berkata,”bolehkah saya meminta kepada engkau agar mendoakan saya
supaya Allah mengemballikan penglihatan saya?” kemudian Ibnul
Mubarak berdoa dan orang itu pun dapat melihat kembali. “Saya
benar-benar menyaksikannya.”ujar Abu Wahab.
Memang,
di tengah gempuran arus materialisme (yang hampir semuanya diukur dengan uang) yang dahsyat, dimana segala
sesuatunya hanya diukur dengan kebendaan, maka tak mudah meyakinkan
orang bahwa doa yang makbul itu ada. Ia bisa menjadi jalan keluar
bagi kehidupan kaum muslimin. “Dan Rabb-mu berfirman,”Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.” (QS aL-Mukmin
(40):60).
Sebagian
orang mungkin ada yang menangkap ayat ini dengan pandangan minor,
karena tidak sesuai dengan kenyataan. Padahal, di samping bentuk
pengabulan doa, kadang mereka sendiri yang membuat dinding pembatas
antara dirinya dan diterimanya doa. Yakni, dengan mengonsumsi
barang-barang haram.
Rasulullah
saw bersabda,”wahai segenap manusia, Allah sungguh Mahabaik dan tak
menerima kecuali yang baik. Allah taala sungguh memerintahkan kaum
muslimin dengan sesuatu yang juga Ia tujukan untuk para Rasul.
(Beliau mengutip ayat alquran).”Hai para Rasul, makanlah dari
makana n yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya
Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS al Mukminun(23):51.
Lihat juga QS al Baqarah(2):172).
Kemudian,
Rasul SAW menyebutkan seseorang yang bepergian jauh, rambutnya kusut
masai dan berdebu, seraya menengadahkan tangannya ke langit. “Wahai
Rabbku, wahai Rabbkku.” Sementara makanannya haram, minumannya
harap, pakaiannya haram, dan diberi makan dari yang haram, maka
bagaimanaya mungkin doanya dikabulkan.” (HR Abu Hurairah). Wallahu
a`lam bish-shawab.
sumber :
kr republika
Post a Comment
Post a Comment
Jangan lupa komentar