1. Orang yang mengaku beriman
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami
beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya
bukan orang-orang yang beriman. (QS Al Baqarah : 8)
Di dalam Al Qur`an Surat Al Baqarah : 8-20 Allah SWT
mengungkapkan suatu kenyataan yang harus kita sadari, yaitu tentang tipe
manusia. Tipe manusia itu adalah orang
yang mengaku beriman, padahal sesungguhnya ia tidak beriman. Bisa disebut ia bermuka dua, yang dihadapan sesama
muslim mereka menampakkan seakan-akan beriman, tapi mereka hanya ingin
mengolok-olok saja. Seperti musuh dalam
selimut, orang-orang seperti ini membuat kerusakan didalam islam, seperti yang
dilakukan dokter snok horgronye pada waktu menghancurkan muslim aceh. Bahkan si dokter sampai bisa menghafalkan Al
Qur`an untuk meyakinkan muslim aceh pada waktu itu, tapi kenyataannya hanya
untuk mengelabui dan akhirnya menghancurkan islam. Orang yang mengaku-aku beriman ini juga
menganggap orang yang benar-benar beriman adalah orang bodoh, padahal
sebenarnya merekalah yang bodoh.
Akibatnya menimbulkan banyak kerusakan dimuka bumi. Di dalam kelanjutan ayat tersebut, disebutkan
bahwa hal tersebut karena di dalam hati mereka ada penyakit dan penyakit itu
adalah dusta. Lalu apa yang didustakan?
Tentunya mendustakan petunjuk yang Allah SWT.
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan
dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.
mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan
jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau
menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus
memenempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat
Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (QS Al A`raaf : 146)
Sifat dusta tersebut ternyata karena kesombongan
mereka sendiri. Mereka bahkan tau
tentang kebenaran tapi karena kesombongan dan alasan yang gak jelas mereka
menolaknya. Kalau dikatakan kepada
mereka tentang kebenaran, mereka seperti orang yang ditimpa hujan lebat
disertai petir, mereka menutup telinga,
karena kebenaran seakan-akan petir yang menyambar-nyambar. Maka, mereka tuli, bisu dan buta untuk
menerima kebenaran. Atau seperti zaman
Rasulullah SAW dulu, orang-orang arab sebenarnya tau akan kebeneran yang
Rasulullah SAW bawa, tapi dengan alasan mengikuti agama nenek moyang,
menganggap Rasul SAW gila, tradisi, kebiasaan masyarakat dan macem-macem bla
bla bla mereka tidak mau menerimanya. Ngomong-ngomong
kebiasaan jadi inget kata bijak yang berbunyi,”Membiasakan yang benar bukan
membenarkan kebiasaan”. Karena tidak
semua kebiasaan itu baik. Maka, sudah
sepantasnya jika Allah SWT menguji keimanan seseorang, selain untuk mengetahui
orang yang benar-benar iman atau tidak tetapi juga untuk meningkatkan keimanan
dan ketakwaan orang-orang beriman.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta. “ (QS Al ‘Ankabuut : 2-3)
Bagaimana Allah menguji? Yang paling kita kenal
biasanya ujian berupa musibah, bencana dan semacamnya, selain itu ternyata,
kenikmatan yang kita dapat, nikmat waktu luang umpama, kalo kita lagi gak
sibuk, kita malah jadi bingung mau ngapain, ujung-unjungnya tidur. :D Nah, itulah ujian yang Allah SWT kasih,
bagaimana kita memanfaatkan waktu luang kita, apakah untuk hal yang bermanfaat
atau tidak? Jika dibandingkan ujian kita
saat ini dengan ujian orang-orang terdahulu, sangat berbeda. Di zaman Rasul SAW orang yang beriman sama
dengan orang yang mempertaruhkan jiwa dan raganya. Karena orang beriman pasti akan mengalami
penyiksaan dan penganiyayaan. Berbeda
sekali bukan dengan zaman sekarang. Semoga
Allah SWT menjauhkan kita dari sifat dusta dan sombong. Amin.
2. Orang yang merasa beriman
Ada orang yang mengaku beriman
ternyata ada juga orang yang merasa beriman.
Merasa berarti seolah-olah atau seperti, jadi orang yang merasa beriman
itu yang seperti beriman tapi sebenernya belum beriman. Wah, ngeri juga neh, moga kita gak termasuk
dalam golongan tersebut, amin. Allah
SWT berfirman :
Orang-orang Arab Badui itu
berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman,
tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (QS Al Hujuurat :
14)
Ternyata iman itu harus merasuk
ke dalam hati, gak Cuma dilisan. Di
sekitar kita, mungkin banyak kita temui hal-hal yang demikian. Kita sering heran, melihat orang yang udah
rajin sholat atau bahkan udah haji, tapi kok kelakuane masih gak bener, ya suka
kata-kata kotor lah, dan macem-macem.
Yang paling keliatan dalam surat Al Ma’un, disitu dijelaskan tentang
orang yang mendustakan agama dan orang yang lalai dalam sholatnya. Tentunya kita semua uda tau isinya bahwa
orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghardik anak yatim dan juga
orang yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Padahal, orang yang mendustakan agama bisa
jadi dia hanya orang yang mengaku beriman saja.
Orang yang lalai dalam
sholatnya. Jika kita masih mengeluh
dengan sholat yang lama dan merasa berat dengan sholat yang kita kerjakan, yuk
kita sama-sama tata hati kita untuk benar-benar mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Bahwa sholat kita, bukan supaya
kita dipandang sholeh , ahli ibadah dll tapi semata-mata hanya untuk Allah SWT.
Orang yang paling sempurna
imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya, begitulah sabda Nabi SAW. Jadi, jika kita udah sholat tapi maksiat bisa
jadi kita hanya ngaku-ngaku beriman saja.
3.
Orang yang benar-benar beriman
Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujuurat : 15 sebagai berikut :
Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujuurat : 15 sebagai berikut :
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar.
Banyak sekali ciri orang yang beriman dalam Al Qur`an. Seperti yang sudah kita ketahui dalam surat Al Mu`minuun ayat 1-9. Diantaranya adalah orang yang khusyu’ dalam sholat, yang meninggalkan hal-hal yang tidak berguna, yang membayar zakat, yang menjaga kemaluannya, yang memelihara amanat-amanat dan janji serta orang yang memelihara sembahyang. Dalam surat Al Anfal ayat 2 dan 3, ciri orang beriman ditambah yaitu mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Yang penting lagi disini adalah bersikap istiqomah atau konsisten dengan keislaman kita, itulah yang sulit. Dalam sebuah riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah bahwa ada sekelompok yahudi yang ingin masuk islam, namun mereka ingin tetap beribadah pada hari sabtu seperti yang ada dalam kita Taurat yang diturunkan oleh Allah SWT juga. Namun turunlah surat Al Baqarah ayat 208 yang berbunyi :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
setelah kita beriman, pasti banyak bersinnggungan dengan tradisi yang berkembang dimasyarakat. Nah, itulah jawabannya, bahwa kita harus masuk islam secara keseluruhan dengan tidak mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah. Contohnya gimana? Tahlil yang sebenernya merupakan zikir yang baik, tapi kenapa harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu, dibarengi dengan sesaji macam-macam, bukankah itu mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah. Wallahu`alam bishshowab.
Post a Comment
Post a Comment
Jangan lupa komentar