Peristiwa
pada perang hawayin. Rasulullah membagikan barang rampasan perang
kepada kaum muhajirin dan muallaf. Kaum anshor marah karena tidak
mendapat bagian apapun. Nabi SAW dianggap berat sebelah, hanya
memihak kepada kaumnya.
Sa'ad
bin 'ubadah selaku orang anshar menyampaikan aspirasi kepada Nabi
saw. Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang anshar marah kepada
Engkau karena memberikan rampasan perang hanya kepada kaum muhajirin.
Apa jawaban Rasulullah? Hai sa`ad, dalam hal ini kamu memihak siapa?
sa`ad berkata, aku memihak kaumku ya Rasulullah. Rasulullah lantas
meminta sa`ad mengumpulkan orang-orang anshar.
Rasul berkata kepada kaum anshar. Wahai orang-orang anshar, telah sampai kepadaku, bahwa kalian marah. Bukankah Aku telah datang kepada kalian saat berada dalam kesusahan, lalu Allah memberi hidayah. Waktu itu kalian dalam keadaan miskin, kemudian Allah memberikan kekayaan. Kalian saat itu dalam keadaan bermusuh-musuhan, Allah kemudian mempersatukan hatimu. Benarkah demikian? Kaum anshar menjawab, benar Allah SWT dan RasulNya yang memberi nikmat dan keutamaan.
Rasul berkata kepada kaum anshar. Wahai orang-orang anshar, telah sampai kepadaku, bahwa kalian marah. Bukankah Aku telah datang kepada kalian saat berada dalam kesusahan, lalu Allah memberi hidayah. Waktu itu kalian dalam keadaan miskin, kemudian Allah memberikan kekayaan. Kalian saat itu dalam keadaan bermusuh-musuhan, Allah kemudian mempersatukan hatimu. Benarkah demikian? Kaum anshar menjawab, benar Allah SWT dan RasulNya yang memberi nikmat dan keutamaan.
Rasulullah
kemudian berkata, wahai kaum anshar hendaklah kalian jawab dengan
benar, bahwa rasul datang kepada kamu sebagai orang yang tidak
mendapat pertolongan, lalu kami tolong. Rasul datang sebagai orang
yang diusir, lantas kami lindungi. Rasul datang sebagai orang yang
memerlukan bantuan, kemudian kami bantu.
Kemudian
rasulullah meneruskan perkataannya. Wahai kaum anshar, apakah kalian
marah kepadaku hanya karena kenikmatan dunia. Padahal harta rampasan
perang itu aku gunakan untuk melunakkan hati suatu kaum agar mereka
masuk islam. Sedangkan aku percayakan kepada kalian keislamanmu?
Apakah kamu kaum anshar tidak rela bila orang-orang muhajirin dan
muallaf itu pergi membawa kambing dan unta, sementara kalian pulang
dengan membawa Rasulullah?
Rasul
melanjutkan sabdanya demi dzat yang menguasai diri muhammad, jika
tidaklah karena hijrah, maka aku pasti menjadi orang anshar.
Andaikan orang-orang melewati suatu bukit yang dilalui orang-orang
anshar, pasti aku akan melewatinya. Ya Tuhan, sayangilah kaum
anshar, putra-putranya, serta cucu-cucu mereka. Kaum ansharpun
menangis mendengar jawaban dan wejangan penuh kasih sayang dari
Rasulullah itu. Mereka kemudian berkata, kami ridla dan senang
membawa rasullullah menjadi sebagai bagian yang kami peroleh.
Kisah
dijaman Rasulullah itu memberikan pelajaran sangat bermakna. Dalam
perjuangan islam sering berhadapan dengan godaan-godaan duniawi.
Dalam perang uhud, karena ghanimah dan ketidaktaatan kepada
Rasulullah, umat islam jatuh dalam kekalahan. Padahal dalam perang
badar setahun sebelumnya meraih kemenangan karena umat taat kepada
Allah dan Rasullah serta memiliki jiwa jihad fisabillah.
Sejarah
sering menunjukkan, bahwa umat dan para tokohnya berselisih karena
rebutan kepentingan dunniawi yang mengalahkan ruh jihad dan dakwah.
Maka para pemimpin dan umat mesti memilih mana yang paling berharga
dalam perjuangan. Disinilah pentingnya merenungkan kisah rasulullah
di atas dan firman Allah berikut, dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya dipagi dan senja hari dengan
mengharap keridlaanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapka perhiasan kehidupan dunia ini, dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari
mengingat Kami serta menuruti hawa napsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. (QS Al Kahfi:28)
sumber :
suara muhammadiyah
http://7seasons.files.wordpress.com/2010/10/25973_1258017407564_1143483052_30635656_6573586_n.jpg
Post a Comment
Post a Comment
Jangan lupa komentar