Ada
sebuah cerita menarik, Suatu ketika seorang guru menugasi kelima
muridnya untuk meneliti tentang kaki angsa. Punya berapa kaki angsa
itu. Kelihatannya sederhana ya, tapi akan banyak hikmah yang
insyaAllah kita dapat. Oke, yuk kita lanjutkan ceritanya.
2
dari 5 murid tersebut pergi duluan ke tepi danau untuk melihat
bangau, sambil membawa catatan mereka berdua berangkat. Setelah
sampai di danau, mereka melihat seekor angsa yang berada di air.
Setelah beberapa saat, angsa tersebut naik ke darat. Terlihatlah
kaki angsa tersebut. Ternyata kaki angsa 2, ujar mereka.
Setelah
naik kedaratan, angsa tersebut mengangkat satu kakinya, sehingga cuma
satu kaki yang terlihat. Lalu datanglah ketiga teman untuk bergabung
meneliti. Dan mereka melihat angsa tersebut. Kira-kira punya berapa
kaki menurut ketiga murid yang datang terlambat? Satu atau dua,
pastilah satu. Tapi, apa bener kaki angsa cuma satu? Jika melalui
voting, pastinya yang tiga murid pastilah yang menang dan yang
'benar'. Begitulah voting.
Votring
atau pemilihan suara terbanyak, yang biasa digunakan untuk menentukan
suatu keputusan, ternyata bisa juga salah, jika lebih banyak orang
yang salah. Lantas bagaimana dengan masalah para murid tadi?
Gampang, tinggal takut-takuti aja tuh angsa, angsanya pasti akan
lari, jadi kelihatan deh kakinya, hehee..
sebenernya
voting gak dianjurkan, terutama pada saat pengambilan keputusan
penting, atau masalah-masalah ilmiah seperti cerita diatas.
Bayangkan, apa jadinya jika mereka mengambil kesimpulan salah dengan
tentang kaki angsa tadi. Atau dalam hal yang lebih besar, untuk
menentukan pemimpin umpama. Bayangkan jika banyak orang memilih
pemimpin yang salah karena tidak tau kriteria, tidak tau pemimpin
yang dipilihnya. Jika ternyata pemimpin yang dipilih adalah orang
'salah' jadinya apa? Koruptor seperti sekarang ini. Waduh.
Ternyata gak sesederhana yang kita bayangkan ya.
Semoga
dari sekelumit cerita diatas kita bisa mengambil hikmahnya.
Wallahu`alam. Semoga bermanfaat.
Post a Comment
Post a Comment
Jangan lupa komentar